Selasa, 01 November 2011

"BERKEBUN DI LAUT KITA" dalam kegiatan Demplot Transplantasi Karang Metode Rak Besi



Apa anda pernah mendengar kata “berkebun”? Ya, saya yakin pasti telinga kita sudah tidak asing lagi, karena hampir setiap hari kita mendengarnya.  Tapi bagaimana dengan “berkebun di laut”? tentu pertanyaan ini sangat mengherankan kita.  Bagaimana tidak? Khususnya bagi orang yang tempat tinggalnya jauh dari laut tentu pertanyaan ini sangatlah mencengangkan.
Kalo kita bertanam sayur mayur atau buah-buahan di kebun, itu merupakan sesuatu yang biasa, tetapi kalau kita berkebun tetapi tempat atau medianya di laut, itu baru luar biasa!!!
Perlu kita ketahui bersama bahwa berkebun itu bukan hanya bisa dilakukan di darat saja, tetapi juga di laut namun hanya komoditas dan media yang berbeda sehingga cara mengerjakannya pun juga berbeda.  Jika di darat, komoditas yang ditanam berupa sayur dan buah-buahan, tetapi di laut, komoditas yang ditanam adalah terumbu karang.  Kenapa harus terumbu karang??? Tentu saja jawabnya adalah karena terumbu karang merupakan ekosistem khas yang berada di laut dangkal, yang berperan sangat penting dalam kehidupan kita antara lain sebagai pemecah ombak, penahan abrasi, tempat hidup (berlindung, kawin, berpijah, mencari makan dll) bagi ikan-ikan karang dan biota lainnya, untuk bahan kosmetik, bahkan ada sebagian literatur yang menyebutkan bahwa terumbu karang bisa bisa diolah untuk obat-obatan.
Nah, betapa besar peranan terumbu karang, bukan? Oleh karena betapa besarnya peranan terumbu karang tersebut, sehingga terumbu karang sering “diburu” sehingga mengakibatkan terumbu karang dewasa ini eksistensinya semakin mengkhawatirkan.  Jadi, untuk menyelamatkan terumbu karang dari kerusakan dan kepunahan, maka bisa kita lakukan transplantasi atau pencakokan terumbu karang.
Sebagai wujud kepedulian dan rasa cinta terhadap ekosistem terumbu karang tersebut, maka dengan difasilitasi oleh BP3KPD Kab. Tanah Bumbu, pada tahun 2011 ini melalui Koordinator Penyuluh Perikanan alhamdulillah sudah bisa melaksanakan kegiatan “Demplot Transplantasi Karang Metode Rak Besi” yang akan ditanam di sekitar Batu Anjir.
Demplot ini dilakukan di Desa Angsana Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan, dengan maksud dan tujuan untuk memberikan informasi kepada nelayan setempat bagaimana cara mentransplantasi karang dengan metode ini, juga diharapkan dapat merehabilitasi terumbu karang yang sudah rusak.
Dengan metode ini, subtrat yang sudah diikatkan bibit karang, ditempelkan pada rak besi dan menggunakan jaring (net) yang sudah dipasang sedemikian rupa.  Kemudian pada masing-masing bibit karang tersebut diberi taging, gunanya untuk memudahkan monitoringnya nanti.


Kegiatan launching (penceburan ke dasar laut) transplantasi metode rak besi ini  dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2011 dengan melibatkan kelompok nelayan, kelompok POKMASWAS dan Pemuda Sahabat Laut (PSL) Angsana.  Total rak besi yang diceburkan sebanyak 22 (dua puluh dua) buah yang terdiri dua bagian rak yaitu 20 (dua puluh) rak besi yang pertama dengan masing-masing subtrat 12 (dua belas buah) atau terdiri dari 12 x 20 buah bibit (240 bibit karang) dan 2 (dua) rak besi yang kedua tanpa subtrat, hanya dengan cara mengikatkan bibit karang secara langsung pada besi betoniser yang dilas pada rak besi (masing-masing rak sebanyak 9 buah bibit, jadi 2 rak x 9 bibit = 18 bibit).  Sehingga total bibit yang ditanam pada sebanyak 22 rak besi ini berjumlah 258 bibit karang.
Sebagai bukti kecintaan dan kepedulian warga setempat (Angsana) terhadap pelestarian terumbu karang, Mahdin (30 tahun), telah menyumbangkan sebanyak 2 buah rak besi untuk ikut dilaunching secara bersamaan.
Alhamdulillah pada saat launching, cuaca laut sudah mulai teduh sehingga mempermudah tim untuk melakukan pengambilan bibit dan peletakkan dan penyusunan rak besi di dasar perairan.  Untuk mempersingkat waktu di laut pada saat launching, maka semua subtract pada masing-masing rak besi sudah diikatkan sehingga tinggal mengikatkan bibit karang saja pada masing-masing subtrat dan kemudian menceburkannya ke dasar laut.
Tepat pukul 10.00 wita siang, kami sudah menuju Batu Anjir dengan menggunakan kapal nelayan setempat.  Sesampainya ditujuan, kami langsung survey lokasi untuk pengambilan bibit dan calon lokasi penempatan rak.  Perlu diketahui bahwa dalam menentukan dua tempat ini jangan sampai terlalu jauh jarak keduanya, karena akan mempersulit transportasi dan memakan waktu yang relatif lama.


Pengambilan bibit dilakukan di sekitar lokasi penempatan rak besi, dengan kedalaman sekitar 3 – 4 m pada saat air surut.  Bibit yang diambil sebagian besar dari karang jenis Acropora, yaitu karang keras (hard coral) yang dominan terdapat di habitat terumbu karang.  Selain genus Acropora, untuk keragaman jenis, juga diambil bibit karang dari genus Montipora.  Guna menghemat tabung oksigen yang ada, pada saat pengambilan bibit kami melakukannya dengan snorkeling dan “tuck dive” (istilah dalam penyelaman, yaitu dengan mendorong tubuh ke atas perairan dengan maksud mengambil nafas dan ancang-ancang posisi kemudian langsung menukik ke dasar perairan dengan posisi kaki ke atas untuk mengambil bibit karang).  Maklum, peralatan yang kami gunakan sangat terbatas, hanya 2 set alat saja dan tanpa ada compressor (alat pengisi tabung selam) sehingga diperlukan teknik-teknik tertentu guna mengatasi segala keterbatasan yang ada.  Bibit karang yang sudah terkumpul ditempatkan ke dalam keranjang plastik dan kondisinya harus tetap di dalam air (dengan cara digantung) agar bibit karang tidak kering dan mati.
Pada saat mengikatkan bibit karang perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1.Bibit harus selalu dalam keadaan basah, bisa dilakukan dengan cara menyiramnya sambil mengikat bibit karang pada subtrat untuk mencegah agar bibit karang tidak stress yang bisa berdampak buruk pada saat pertumbuhannya nanti.
2.Pengikatan dilakukan dengan kabel ties, dengan mengikat bagian percabangan sedemikian rupa dengan kuat dan tidak goyah.
3.Untuk memudahkan monitoring nanti, setiap subtrat (bibit) diberi kode taging dengan melekatkannya pada kabel ties yang ada.
            “Kagiatan kaya ini harus kita dukung, sabab badampak positif lawan kalastarian tarumbu karang kita” kata Sayid Usman, salah satu anggota kelompok Sumber Nelayan desa setempat.  Lain lagi kata Si Daus, bocah cilik yang juga anak nelayan disana, “Kaina kalu ulun sudah ganal, ulun handak kaya pian jua um iku ai, manyalamat akan tarumbu karang nang kita sayangi ini”, kami pun tertawa mendengar dan melihat tingkah yang lucu dari anak ini sembari mengikat bibit-bibit karang ke subtratnya.   Saya pun berguman dalam hati dan mendo’akan si anak kecil ini, “Ya allah….betapa maha besar Engkau, semoga Engkau tunjuki anak ini ke jalan yang lurus dan yang Engkau ridhoi, dan selalu Engkau perlihatkan bukti kebesaran-Mu melalui keindahan terumbu karang sehingga hatinya akan terbuka ikut serta dalam upaya pelestarian terumbu karang ke depan, mudah-mudahan anak ini akan menjadi pahlawan dan pejuang terumbu karang kelak”, tiba-tiba  byuuuuuurrrrr…..saya pun tersentak kaget dari lamunan, ternyata anak kecil itu dengan semangatnya sudah menceburkan diri ke laut sambil memegang rak besi di kedua tangannya.  “Ahhhh….seandainya saja semua anak di Tanah Bumbu seperti ini” pikir saya dengan hampir meneteskan air mata, memikirkan bagaimana nasib terumbu karang ke depan.
            Setelah pengikatan bibit dan taging selesai,  sebagai data penunjang perlu juga mengukur diameter masing-masing koloni bibit karang dan kualitas airnya.  Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa sebagai data awal diameter koloni bibit karang pada saat launching ini berkisar antara 1,0 – 8,2 cm, artinya pada bibit karang yang diameter 1,0 cm ini bibit hanya satu cabang saja sehingga sangat kecil angkanya, sedangkan pada bibit yang berdiameter 8,2 cm ini bibit karang banyak mempunyai (beberapa) percabangan sehingga diameternya agak besar.  Untuk kualitas perairan, diperoleh kecerahan = 200 - 250 cm, salinitas = 29 ppm, suhu perairan = 29 ºC dan pH = 8,2.
            Penceburan rak besi dilakukan dengan menggunakan tali sistem gantung, kemudian diturunkan secara perlahan ke dalam badan perairan sehingga sampai pada dasar laut.  Beberapa orang dengan cara snorkeling mengawasi dan memonitor kondisi rak tersebut setelah sampai di dasar laut.
            Setelah semua rak besi sudah berada di dasar laut, tahap selanjutnya adalah menyusunnya sedemikian rupa menyesuaikan kondisi dasar laut dengan menggunakan peralatan scuba diving.  Penyusunan rak besi ini disesuaikan dengan kondisi dasar laut, dengan melihat dimana saja kawasan karang yang telah mati (rubble/patahan karang, karang yang tertutup alga dan sedimen, dll).  Sebagai tanda lokasi, digunakan papan demplot, dalam hal ini spanduk yang bertuliskan nama kegiatan untuk kesempurnaan dokumentasi.  Untuk memudahkan menemukan lokasi pada saat monitoring nanti, maka diambil titik koordinat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS), yaitu pada posisi : 003º 48’ 38.2” Lintang Selatan dan 115º 36’ 57.0” Bujur Timur. Lanjutan dari kegiatan ini adalah monitoring, yang Insya Allah nantinya akan saya tulis di lain waktu dan kesempatan mendatang. (echo).
SAVE OUR CORAL REEFS!!!

2 komentar:

  1. salam mas eko
    senang membaca artikel anda
    mari jaga laut kita

    BalasHapus
  2. Makasih mas ats komentnya...salam knal aza, smg kesuksesan slalu menyertai anda....

    BalasHapus