Kabupaten Tanah
Bumbu mempunyai luas wilayah sekitar 5.066,96 km2 atau 13,56% dari luas
Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 10 kecamatan. Kabupaten Tanah
Bumbu juga merupakan salah satu dari ke 13 (tiga belas) kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Kalimantan Selatan. Dari ke-13 kabupaten/kota tersebut, hanya Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbulah yang mempunyai potensi laut dan terumbu karang. Luas perairan laut Kabupaten
Tanah Bumbu sekitar 640,9 km2 dengan gugusan terumbu karang lebih dari 60 buah.
Semua gugusan terumbu karang tersebut letaknya hanya antara 300 m -
7.500 m (0,3 - 10,5 km) dari pesisir laut. Gugusan terumbu karang tersebut
secara keseluruhan letaknya mendominasi di 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan
Sungai Loban, Angsana dan Kecamatan Satui. Gugusan karang itu sudah
diberi nama oleh nelayan setempat sejak jaman nenek moyang mereka dahulu.
Pemberian nama itu berdasarkan letak atau lokasinya, nama nelayan yang
menemukannya, nama tempat sebagai tanda menemukannya, nama bentuk atau jenis
karangnya, dan juga bahkan nama ikan yang dominan tertangkap disana.
Nama-nama tersebut sangat lucu dan mudah diingat, juga unik karena banyak
istilah dari bahasa daerah (Bugis) sehingga mereka mudah menyebutnya sampai
sekarang.
Sejarah nama-nama gugusan terumbu karang yang ada ini saya gali dan saya peroleh
berdasarkan hasil survey dan observasi di lapangan serta hasil interview
(wawancara) dengan masyarakat setempat melalui tokoh-tokoh (tetuha)
nelayan dan aparat desa hingga diperoleh hasil sedemikian rupa.
Adapun sejarah asal usul nama masing-masing gugusan terumbu karang tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut (diurut berdasarkan kecamatan Simpang Empat,
Batulicin, Kusan Hilir, Sungai Loban, Angsana dan kecamatan Satui) :
1.
Batu Gusung Payung
Batu Gusung Payung ini diberi nama oleh masyarakat setempat karena pada
batu ini terdapat gusung yang luasnya mencapai puluhan hektar, di atas gusung
ini terdapat batu karang (terumbu karang) yang luasnya mencapai ± 1,0 ha.
Karena terlalu luas, gusung ini menyerupai sebuah payung yang di atasnya
terdapat gugusan karang. Dengan demikian, sampai
saat ini karang ini diberi nama Batu Gusung Payung.
2.
Batu Tunurappu
Menurut wawancara, batu Tunurappu ini pertama kali diberi nama oleh orang
yang sedang membakar ikan di atas kayu di atas kapal. Konon, kata “tunurappu”
ini mengandung arti bahwa memanggang atau membakar ikan di atas api, dengan
cara membelah-belah ikan agar mudah matang. Dengan demikian karang ini
diberi nama dengan Batu Tunurappu, artinya karang yang biasanya para nelayan
pencari ikan langsung membakarnya di atas perapian jika ikan yang ditangkap
sudah diperoleh.
3.
Batu Garamesse
Batu Garamesse ini menurut salah satu sumber oleh nelayan setempat (H.
Nurani, 55 tahun). Karang ini berasal dari kata “garamesse” artinya
“gemercik air”, yang terdengar melalui pendayung (atau kayu) jika di dekatkan
di telinga pada saat mengetahui ada atau tidaknya karang di dasar
perairan. Bunyi gemersik air ini sangat jelas terdengar jika
gugusan karang ada di dasar perairan. Ia menanmbahkan, bahwa luas batu
ini ± 1,5 ha dengan kedalaman 7 - 8 m. Batu ini merupakan
daerah penangkapan ikan bagi nelayan setempat.
4.
Batu Mandi
Batu ini diberi nama Batu Mandi karena batu ini bisa timbul ke permukaan
air pada saat air mengalami pasang surut terendah (paling surut), sebab karang
ini kedalamannya hanya berkisar antara 0 – 4 m. Jika air surut batu ini
kelihatan dan jika air dalam maka batu ini tenggelam. Kondisi batu yang
seperti inilah yang menyebabkan karang tersebut diberi nama Batu Mandi yaitu
kondisi batu yang seperti mandi (timbul tenggelam terkena air).
5.
Batu Mashidung
Batu Mashidung ini diberi nama karena konon menurut nelayan setempat di
batu ini banyak terdapat ikan Mashidung, sehingga setiap nelayan memancing
sering mendapat ikan Mashidung. Karang ini kedalamannya mencapai 11 - 13
m dan terletak di bagian timur Kabupaten Tanah Bumbu (Kecamatan Kusan Hilir,
desa Muara Pagatan Ujung). Karang ini sangat dekat dengan Batu Pari (±
1,2 km saja).
6.
Batu Penyu
Penyu merupakan hewan laut yang dilindungi oleh Undang-undang.
Menurut nelayan setempat, di batu ini sering dijumpai nelayan penyu (banyak
penyu) dengan demikian maka sampai sekarang batu ini disebut oleh nelayan Batu
Penyu. Batu Penyu ini kedalamnya mencapai lebih dari 10 m dengan
kecerahan air pada saat survey = 200 cm, pH = 8,0, suhu = 30C, salinitas
= 28 ppm.
7.
Batu Babaraan
Batu babaraan ini sangat berdekatan dengan Batu Penyu, Batu Mashidung dan
Batu Pari. Batu Babaraan ini juga sama seperti ketiga batu lainnya ini,
batu ini disebut Batu Babaraan karena pada batu ini banyak ditemukan ikan-ikan
Babaraan (ikan Kakap Merah). Batu ini sangat dekat dengan Batu Babaraan,
yakni hanya 1,37 km saja dengan kedalaman yang relatif sama. Batu ini
juga merupakan salah satu "fishing ground" bagi nelayan yang berdomisili
di sekitar muara Pagatan.
8.
Batu Pari
Batu Pari merupakan gugusan karang yang banyak terdapat ikan parinya
(menurut penuturan nelayan setempat), sehingga para nelayan banyak mendapatkan
ikan pari, maka dari itulah gugusan karang ini diberi nama Batu Pari.
Kedalaman karang ini mencapai 15 m dan dikategorikan karang tenggelam
(dasar). Menurut Udin (40 tahun), nelayan di Kampung Baru, Pagatan, di
karang ini ada hiu yang menghantam perahunya pada saat memancing, panjangnya
sekitar 4 m. Di lain waktu, di karang ini pula ia pernah menangkap
hiu ukuran 2 m seberat 50 kg lebih dengan menggunakan pancing tangan.
Karang ini merupakan karang yang lumayan dalam di Kabupaten Tanah Bumbu, di
samping Batu Lari yang letaknya di kecamatan Satui (Setarap), kedalamannya
berkisar 15 - 20 m dan jauhnya 7,5 km dari bibir pantai.
9.
Batu Ampar
Batu Ampar merupakan gugusan karang yang terletak pada pesisir laut desa
Betung Kecamatan Kusan Hilir dengan jarak ± 300 m dari pesisir pantai. Batu ini mempunyai kedalaman 0 – 2,5 m dan jika air sangat surut maka
karang ini akan terlihat ke permukaan air laut. Batu ini sangat kecil
yakni ± 0,1 ha saja. Menurut para nelayan, batu ini letaknya tersusun
secara terhampar di dasar (dalam bahasa Banjar = ampar atau beampar).
Dengan demikian, batu ini disebut oleh nelayan setempat Batu Ampar.
10.
Batu Payung
Batu ini juga terletak di desa Betung dan sangat berdekatan dengan Batu
Ampar yaitu ± 276 m. Batu ini tidak timbul, namun mempunyai gusung pasir
yang menyerupai payung, makanya batu ini disebut dengan Batu Payung. Pada
saat disurvey, kondisi air sangat keruh akibat kondisi baru hujan, namun sudah
terlihat karang batu (massif) yang timbul dan berwarna kekuningan dari atas
air. Kedalaman karang ini antara 1 - 3 m saja dan jaraknya dengan pesisir
hanya ± 300 m saja, hal ini merupakan karang yang paling dekat dengan pantai
diantara semua karang yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu.
11. Karang
Batubarru
Karang Batubarru terletak di desa Sei Loban Kecamatan Sei Loban Kabupaten
Tanah Bumbu. Letaknya bertepatan ke arah Selatan Laut Jawa yang di
lihat pada jembatan ketiga (setelah jembatan pertama, yang merupakan
perbatasan kecamatan Sei Loban dan Kusan Hilir/Desa Betung). Konon ceritanya, kata masyarakat setempat asal usul pemberian nama Batubaru
ini adalah karena gugusan karang ini pertama dan paling pertama di temukan oleh
masyarakat di desa Sei Loban. Dengan demikian, hingga
sampai sekarang karang ini diberi nama Batubarru. Di karang ini, baik
masyarakat setempat maupun dari luar desa sering memancing ikan maupun
menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap lainnya. Pada saat survey disini
(snorkling), saya amati kedalamannya hanya mencapai 2 - 5 m, kondisi terumbu
karang masih ada yang baik juga ada yang sudah tertimbun dengan sedimen karena
letaknya sangat dekat dengan muara sungai. Karang ini letaknya sekitar
800 m dari pesisir laut. Karang Batubaru ini merupakan gugusan karang
yang paling dekat dengan desa Sungai Loban. Jika kita kesana dengan
menggunakan kapal paling waktu tempuhnya hanya mencapai 10 menit.
12. Karang Luar Tanjung
Karang Luar Tanjung ini masih terletak di wilayah laut desa Sei
Loban, karang ini diberi nama berdasarkan letak atau posisinya yang
berada di luar tanjung desa Sei Loban yang terletak di RT 02. Gugusan
karang ini masih berdekatan dengan Karang Batubaru, namun masih agak ke arah
tenggara. Jarak dari Karang Luar Tanjung ini ± 800 m ke Karang
Batubaru sehingga jika ke arah pesisir pantai hanya sekitar 1,5 km saja
jauhnya. Kedalaman air di karang ini hanya 2 - 4 m dengan luas ± 2,0 ha. Kondisi perairan di karang ini sangat dipengaruhi oleh
musim, pada saatmusim teduh kawasan karang ini kelihatan sampai dasar hingga
wilayah yang berpasir.
13.
Karang Sungai Dua Laut
Karang Sei Dua Laut mempunyai sejarah asal usul berdasarkan posisi atau
letaknya. Secara geografis, karang tersebut terletak berdekatan dengan
sungai yang ada di desa setempat, yaitu Sungai Dua Laut. Konon menurut
cerita dari par tetuha di desa tersebut, di desa ini ada 2 buah sungai kecil
yang mempunyai sama-sama muara (dua sungai satu muara). Namun, akibat
adanya abrasi yang berkepanjangan, salah satu sungai tersebut (sungai yang
berada di sebelah Barat) jebol sehingga mempunyai muara sungai masing-masing.
Hingga sekarang, desa ini disebut desa Sei Dua Laut,
artinya ada 2 buah sungai yang bermuara ke laut. Sedangkan karang yang
berdekatan dengan sungai tersebut dinamakan Karang Sei Dua Laut. Karang
ini letaknya masuk lokasi Kecamatan Sungai Loban.
14.
Karang Sungai Pandan
Karang ini diberi nama Karang Sei Pandan karena letaknya yang berdekatan
dengan Sungai Pandan, salah satu sungai kecil yang ada di desa Sei Dua Laut
Kecamatan Sei Loban. Karang ini letaknya tidak terlalu jauh dari pesisir
pantai yakni hanya sekitar 1 km saja. Pada saat dilakukan snorkling di
gugusan karang ini, kondisi air sangat keruh sehingga tidak bisa dilihat
kondisi terumbu karangnya.
15. Karang Penyulingan
Penyulingan berasal dari nama sebuah dusun di desa Sei Dua Laut Kecamatan
Sei Loban, tepatnya di RT IV (Dusun Penyulingan). Di dusun ini hampir
seluruh masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan, dengan alat tangkap
yang dominan digunakan adalah rempa kepiting. Alat tangkap lainnya berupa bagan
tancap dan pancing. Tepat ke arah laut (selatan) dusun ini terdapat sebuah
karang, yang mana pada zaman dahulu saat pertama kali karang ini ditemukan
bertepatan garis lurus dengan dusun Penyulingan, sehingga dusun Penyulingan ini
menjadi acuan untuk mencari karang tersebut. Dengan demikian, hingga
sampai sekarang karang tersebut dinamakan Karang Penyulingan (Batu
Penyulingan). Karang Penyulingan ini letaknya tepat di depan Tanjung
Kandang Haur, dengan jarak sekitar 4,7 km ke arah laut.
16.
Karang Mangkok
Karang Mangkok ini berasal dari bahasa Indonesia ”mangkok”, diberi nama
mangkok karena pada saat pertama orang tetuha dahulu melihat karang-karang yang
ada banyak bentuknya seperti mangkok (karang dari genus Montifora).
Karang ini pertumbuhannya seperti helai-helai daun hingga menyerupai bentuk
mangkok. Karang ini kedalamnnya berkisar antara 0 - 6 m,
dengan kecerahan perairan 50 - 300 m lebih tergantung cuaca laut. Karang
ini mengalami pengeringan pada bagian rataan terumbunya (reef plat) saat
air berada di surut terendah. Gugusan karang ini berada di Kecamatan
Sungai Loban, antara desa Sungai Dua Laut dan Sebamban Lama. Sampai
sekarang jika kita melihat kesana masih banyak karang-karang yang bentuknya
seperti mangkok. Karena itulah gugusan karang ini diberi nama Karang
Mangkok.
17. Karang
Samudera
Karang Samudera diberi nama bukan karena berdasarkan bentuk, nama penemu,
atau pun berdasarkan letak/posisi nya secara geografis. Berdasarkan
keterangan dari tetuha nelayan di desa setempat, karang ini mempunyai sejarah
yang cukup unik. Sejarahnya yakni pada jaman dahulu (sekitar tahan 1970
an), para nelayan menemukan kapal karam akibat terhempas gelombang di
atas karang tersebut. Kapal tersebut bernama ”SAMUDERA”, karena peristiwa
dan nama kapal itulah maka karang tersebut diberi nama Karang Samudera.
Selain Karang Samudera (Batu Samudera), gugusan karang ini juga dikenal dengan
nama Batu Anugerah.
18. Karang
Kandang Haur
Lain pula halnya dengan Karang Kandang Haur, karang ini disebut dengan
Karang Kandang Haur karena lokasinya berdekatan atau sejajar dengan Tanjung
Kandang Haur. Karang ini letaknya sangat dekat dengan pantai, yakni ± 400
m saja. Karang Kandang Haur sangat berdekatan dengan Karang Goa-Goa ± 381
m ke arah utara. Karena letaknya yang sangat dekat dekan pesisir, kondisi
karang ini perairannya agak keruh sehingga karang ini belum pernah
di-snorkling-i, sebab kemarin pada saat mau disurvey masih keruh. Suatu
saat di lain waktu dan kesempatan akan kami lakukan survey di kawasan tersebut.
Waktu yang tepat untuk melihat dan mensurvey karang ini pada saat musim barat
(akhir tahun sampai awal tahun, antara bulan Nopember - Mei, itupun
tergantung situasi laut), lokasi karang ini terdapat di Kecamatan Sungai Loban.
19. Karang
Batu Goa-goa
Mengapa namanya Goa-goa??? apa itu??? nama kabupaten di Sulawesi Selatan kah???
hehehe... ternyata bukan. Batu Goa-goa merupakan karang yang unik, sebab
menurut masyarakat setempat karang Batu Goa-goa ini banyak terdapat karang dan
ikan hias yang beranekaragam, dan lebih uniknya lagi, pada jaman dahulu di
karang ini pula banyk ditemukan karang yang bentuknya seperti gua sehingga
sampai sekarang karang ini disebut dengan Batu Goa-goa, artinya karang yang
banyak terdapat seperti goa. Karang ini lokasinya berdekatan dengan Karang
Kandang Haur, sekitar 400 m saja ke arah timur. Karang ini permukaannya
timbul pada saat air surut.
20. Karang
Wa Hasan
Kata ”Wa Hasan” ini berasal dari bahasa Bugis ”Pua” yang berarti ”Bapak”
atau orang yang lebih tua (sudah tua), sedangkan ”Hasan” berasal dari nama
orang yang menemukan. Sejarahnya, karang ini asal muasalnya ditemukan
oleh Wa Hasan (Pak Hasan) yang bekerja sebagai nelayan rempa kepiting pada
jaman dahulu yang tinggal di desa Sei Dua Laut. Awal ditemukannya karang
ini yakni sering tersangkutnya rempa kepiting yang beliau pakai di daerah
perairan ini. Beliau pun memeriksa ke dalam air ternyata ada gugusan
terumbu karang sebagai penyebab tersangkutnya rempa kepiting beliau.
Karena beliau yang pertama kali menemukan gugusan karang tersebut, maka hingga
sekarang karang in masih disebut oleh masyarakat setempat dengan sebutan Karang
Wa Hasan.
21. Karang
Bagusung
Karang Bagusung merupakan karang yang mana di sekitarnya terdapat gusung
(pasir) yang agak luas. Sebelum sampai ke lokasi karang ini, biasanya
terlebih dahulu dijumpai gusung (pasir) yang agak dangkal. Kalo air surut
berada pada posisi surut terendah, gusung ini hanya mencapai kedalaman ± 0,5 -
1 m. Pasir ini terlihat jelas dan memutih di dalam badan perairan.
Karena kondisi tersebut di atas, maka karang ini dinamakan Karang Bagusung
(Karang yang mempunyai gusung/bagusung). Penulis pernah menyelami karang ini bersama Tim dari Fakultas Perikanan
Unlam Banjarbaru. Berdasarkan hasil pengamatan, karang ini masih terlihat
baik dan terlihat mirip dengan gedung bertingkat di bagian slove-nya, juga
masih banyak terdapat jenis-jenis ikannya. Jika kita berangkat ke karang
ini, sebelum sampai akan terlihat gusung pasir yang sangat luas, kemudian
beberapa saat akan terlihat terumbu karangnya yang sangat indah
mempesona. Ikan-ikannya pun masih banyak, ada ikan kerapu, ikan
kepe-kepe, ikan mentega, ikan kakap dan lain sebagainya.
22. Karang
Sei Bakau
Karang Sungai Bakau diberi nama sesuai dengan letak dan posisinya yang
berdekatan atau di muka Tanjung Sungai Bakau. Karang ini sangat dekat
dengan pesisir pantai dengan jarak sekitar 300 – 400 m dan pada saat air surut
akan terlihat jelas ke permukaan air. Di Tanjung Sungai Bakau ini sampai
sekarang masih banyak ditemukan pohon-pohon bakau yang terdapat di sepanjang
dan mengelilingi sungai kecil dengan lebar ± 2 m dan dalam ± 1 – 2 m.
Karang ini termasuk dalam kategori karang timbul pada saat air surut, jika air
surut sungai yang langsung bermuara di laut ini kering dan bisa dijalani.
itulah sebabnya lokasi ini disebut dengan Sungai Bakau.
23.
Karang Batu Cepa
Cepa merupakan nama jenis ikan karang dari family Carangide, ikan ini
termasuk ikan komersil dan banyak tertangkap di Kabupaten Tanah Bumbu.
Menurut tetuha masyarakat/nelayan setempat ikan ini banyak ditemukan di
Batu Cepa. Itu sebabnya karang ini dinamakan Batu Cepa, artinya karang
yang banyak dihuni oleh ikan Cepa. Pada saat melakukan snorkling dengan
teman-teman, Karang ini kedalamannya antara 6 - 8 m dan merupakan kategori
karang yang tenggelam (karang dasar). Pada saat snorkling dan melakukan
"tuck dive", diamati banyak karang yang patah-patah, namun karang
yang masih bagus pun masih ada. Kecerahan air berkisar 300 cm lebih pada
saat air teduh. Lokasi ini merupakan lokasi "fishing ground"
bagi nelayan setempat dalam memenuhi kebutuhan protein dan kebutuhan keluarga
mereka dengan cara memancing disini pada saat malam hari.
24. Karang
Batu Mingalai
Berdasarkan hasil wawancara, nama Batu Mingalai ini mempunyai sejarah bahwa
pada jaman dahulu ada seorang nelayan yang bekerja sampingan sebagai
petani. Pada suatu malam, ia bermimpi memanen padinya (Bahasa Banjar =
mengatam banih, bahasa Bugisnya = mingalai) dan sangat banyak hasilnya.
Setelah pagi harinya ia pun turun ke laut untuk menangkap ikan, kemudian
setelah sampai di laut ia pun menemukan gugusan karang dan ia pun banyak
memperoleh ikan di karang ini. Setelah peristiwa ini terjadi, maka hingga
sampai sekarang para nelayan setempat menamainya Batu Mingalai, mingalai
artinya memanen padi (mengatam banih).
25. Karang
H. Seneng
Karang H. Seneng terletak di desa Sei Dua Laut Kecamatan Sei Loban dengan
jarak ± 1 km dari pesisir pantai dan timbul pada saat air paling surut.
Konon menurut nelayan setempat, karang ini pertama kali ditemukan oleh seorang
nelayan setempat (suku Bugis) yang bernama "Haji Seneng". Hingga sampai sekarang nama karang ini disebut sebagai Karang H.
Seneng. Setelah melakukan snorklingan dan pengamatan di karang ini, kami
menemukan banyak karang yang mati. Kedalaman karang ini hanya sekitar 1 m
jika air berada pada kondisi pasang surut terendah, jika air pasang (pasang
surut tertinggi) kedalamannya bisa mencapai 4 m pada rataan terumbu (reef plat)
dan 5 – 7 m pada tubir (reef slove) hingga mencapai dasar perairan.
26. Karang Ambo Gemmi
Konon karang ini pertama kali ditemukan oleh "Ambo Gemmi" (suku
Bugis) yang merupakan nelayan setempat. Karang ini merupakan karang yang paling dekat dengan Karang Sei Pandan
yakni dengan jarak ± 927 m. Rata-rata kedalaman karang ini ± 4 m dengan luas ± 0,25 ha. Karang Ambo gemmi ini kedalamnnya
mencapai 4 - 5 m saja pada rataannya saat air pasang. Karang ini juga
sudah kami jelajahi walaupun hanya snorklingan.
27. Karang
Lola
Karang lola juga merupakan salah satu karang timbul yang terdapat di desa
Sei Dua Laut kecamatan Sei Loban. Karang ini memiliki luas ± 1,5 ha
dengan kedalaman ± 0 – 8 m, karang ini termasuk dalam kategori karang yang
timbul pada saat air laut mengalami pasang surut terendah. Karang ini
dinamakan Karang Lola karena di karang ini banyak dijumpai lola (sejenis biota
laut yang hidup di karang). Hingga saat ini, lola diyakini oleh nelayan
setempat masih ada di sekitar karang tersebut. Suhu air saat pengukuran =
30C dengan ph = 8,0 dan salinitas 29 ppm.
28.
Batu Beronang
Beronang (Siganus sp) merupakan nama salah satu jenis ikan laut yang hidup
di daerah bebatuan karang. Ikan-ikan ini sangat banyak dijumpai pada batu
ini, dengan demikian nelayan menyebutnya dengan Batu Beronang. Kedalaman
karang ini hanya mencapai 5 - 8 m dengan kecerahan pada saat pengukuran = 230
cm, pH = 8,0, salinitas = 29 ppm dan suhu 30C.
29.
Batu Mona
Lain halnya dengan Batu Mona, pada batu karang ini, ikan yang lebih banyak
dijumpai adalah ikan Mona, salah satu ikan dari family Ephippidae
(Platax). Ikan ini pada saat juvenil sangat lucu kelihatannya,
ssirip-siripnya yang panjang seperti sungut dan berwarna hitam putih melintang
di bagian tubuhnya. Biasanya ikan ini anyak diperoleh nelayan dengan cara
memancing. Makanya sampai saat ini para nelayan menyebut batu ini dengan
sebutan Batu Mona.
30.
Batu Mabelae
Karang mabelae merupakan karang yang letaknya lumayan jauh dari pesisir
desa (± 7,75 km), karena lokasinya yang lumayan jauh dari pesisir inilah
makanya karang ini disebut Karang Mabelae artinya karang yang letaknya agak
jauh dari pesisir, mabelae = jauh, bahasa Bugis). Karang ini jaraknya dengan
pantai (jika diambil garis tegak lurus atara - selatan) adalah ± 1,09 km, atau
sejauh ± 7,8 km dari Tanjung Kandang Haur. Pada tahun 2010, di sekitar
karang ini pula pernah penulis melakukan diving dalam rangka pendokumentasian
bawah air (underwater) dan penceburan rumpon dari pihak Dinas Kelautan dan
Perikanan Kab. Tanah Bumbu sehingga sedikit banyaknya kami sudah mengetahui
bagaimana kondisi Batu Mabelae ini. Pada saat melakukan penyelaman, kami
juga melihat adanya rombongan ikan mondo (seperti ikan manyung)
berwarna coklat kehitaman yang lumayan besar dan bergerak ke arah kami.
Kedalaman karang ini berkisar 6 - 9 m dengan kecerahan air 300 - 400 m pada
saat pengukuran. Menurut nelayan setempat, luas Batu ini mencapai 1,0 ha.
31.
Batu Masjid
Batu masjid merupakan batu yang letaknya bertepatan di depan sebuah mesjid
di RT 02 desa Sei Dua Laut kecamatan Sungai Loban. Batu ini letaknya
sekitar 1,42 km dari pesisir pantai (mesjid). Karena penyebab inilah maka
para nelayan setempat menyebutnya dengan Batu Masjid, artinya batu karang yang
letaknya pas tegak lurus dengan mesjid yang ada di pesisir pantai. Pada
saat survey, kami ingin melakukan snorkling, namun karena kondisi gelombang
yang lumayan besar, maka kami hanya dapat mengukur kedalamannya yaitu berkisar
antara 4 - 6 m. Menurut Nasib (39 tahun) nelayan setempat, luas karang
ini diperkirakan hanya 0,25 ha saja.
32.
Batubaru
Karang ini terletak paling jauh dari pesisir pantai yakni ± 9,5 km atau
5,13 mil laut. Asal usul nama ini sama dengan karang Batubarru di desa
Sei Loban, namun karang ini merupakan karang kedua yang ditemukan. Untuk
membedakannya maka namanya diberi nama Batubaru (nama karang pertama adalah
Batubarru). Karang ini belum kami survey, namun nelayan setempat sering
memancing kesana.
33. Karang
Luna Maya
Karang Luna Maya??? Karang ini luasnya hanya mencapai ± 0,25 ha dengan
kedalaman antara ± 4 – 7 m. Awalnya karang ini belum pernah ada yang
mengasih nama. Namun, pada saat survey dilakukan bersama-sama nelayan,
maka secara resmi karang ini dinamakan Karang Luna Maya, sebab nelayan dan
pelaksana survey yang menamakannya sangat menggemari artis Luna Maya.
Maka dari itulah karang ini diberi nama Karang Luna Maya. Karang ini
jauhnya hanya ± 5,86 km dari pantai dan paling dekat dengan Karang atau Batu
Mona (± 737 m). Karang ini juga belum kami selami (snorklingi) karena
cuaca yang tidak mendukung. Namun, suatu saat di lain waktu dan
kesempatan akan kami lakukan survey lanjutan.
34. Karang
Katoang
Karang Katoang mungkin sangat asing di telinga kita. Karang ini
merupakan karang yang paling dekat dengan Karang Samudera (Batu Anugerah) dan
Karang Tanjung Waru, yakni hanya ± 1,1 km. Karang
ini kedalamannya hanya mencapai 2 - 6 m. Berdasarkan hasil survey, tidak
jauh dari karang ini terdapat padang lamun (sea grass) namun masih
sedikit. Menurut nelayan Sungai Dua Laut, di sekitar karang ini masih
sering ditemukan penyu sebab di lokasi ini ada padang lamun sebagai tempat
penyu mencari makan.
35. Karang
Tanjung Waru
Karang Tanjung Waru ini masih termasuk di kecamatan Sungai Loban juga
dan berdekatan dengan Karang Katoang (± 1,1 km), jarak
dengan pesisir hanya ± 1,85 km saja. Karang ini masih belum sempat
disurvey, namun sudah dipastikan bahwa karang ini benar-benar ada sebab karang
ini kelihatan pada saat survey, tinggal melakukan survey lanjutan dan kalau
memungkinkan disurvey dengan metode LIT (Line Intercept Transect) agar bisa
diketahui kondisi karangnya (rusak, kritis atau sehat). Menurut Habibi
(42 tahun), nelayan asal Sungai Dua Laut, karang ini dinamakan Karang Tanjung
Waru karena untuk menandai karang ini (supaya mudah menemukannya), maka
acuannya adalah dengan tegak lurus tanjung dimana di tanjung tersebut terdapat
pohon waru sebagai patokannya. Hingga sekarang, karang ini masih
dinamakan Karang Tanjung Waru.
36. Karang
Bajangan Sebamban1
Karang Bajangan Sebamban 1 ini terletak persis di antara perbatasan desa
Sebamban Lama Kecamatan Sungai Loban dan desa Bunati kecamatan Angsana, awalnya
karang ini ada 2 (dua) buah dan letaknya berdampingan dengan jarak hanya sejauh
± 620 m saja. Karena
letak karang ini berdampingan maka diberi nama Karang Bajangan Sebamban 1 dan
Karang Bajangan Sebamban 2. Karang ini
diberi nama sesuai dengan nama desa dimana ia berada. Kedalaman Karang ini mencapai 2 – 7 m dengan
luas ± 2,0 ha dan dikategorikan sebagai karang dasar (tenggelam). Karang ini jauhnya ± 5,45 km dari pesisir
pantai. Pada saat melakukan snorkling
disini, kondisi karang bervariasi dari yang sehat, sedang, rusak hingga kritis.
37. Karang
Bajangan Sebamban2
Lain lagi dengan Karang Bajangan Sebamban 2, jika dibandingkan dengan
Karang Bajangan Sebamban 1 karang ini letaknya agak ke utara, jaraknya ± 5,0 km dari pesisir pantai.
Kedalamannya karang ini kurang lebih sama dengan Karang Bajangan
Sebamban 1. Selain lebih dekat dengan Karang
Bajangan Sebamban 1, karang ini juga dekat dengan Batu Cepa, jaraknya ± 2,82 km
namun lebih ke arah selatan (ke arah tengah laut). Karang ini sudah pernah disurvey dengan cara
diselami dan snorkling. Kondisinya juga masih
ada karang yang sehat, ada yang rusak dan ada pula yang kritis.
38. Karang Bunati
Kecil
Karang ini letaknya tepat di perairan laut desa Bunati dan letaknya agak ke
barat daya muara sungai. Karang ini
kedalamannya berkisar antara 6 – 9 m dengan luas ± hanya 0,5 ha. Karang ini
dikategorikan sebagai karang dasar karena tidak pernah timbul ke permukaan
(tenggelam). Karang ini kondisinya ada
yang masih sehat dan ada pula yang sudah rusak.
Pengalaman menyelam di karang ini sangat mengasyikkan karena ikannya
masih banyak dan masih ada yang besar. Ikan yang sempat terlihat oleh mata seperti
ikan Barracuda, Beronang, Kakap Merah, Tenggiri, Pari, Lamun-lamun, Mona, dan
lain sebagainya. Menurut nelayan
setempat, karang ini masih dijadikan sebagai fishing ground (daerah penangkapan ikan) bagi nelayan desa
sekitarnya. Pada saat melakukan
penyelaman, kecerahan air mencapai 300 m, tetapi jika kondisi cuaca cukup teduh
kecerahan air bisa mencapai di atas angka tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat saya melakukan penyelaman disana, kondisi terumbu karangnya masih lumayan bagus dan ikannya pun masih banyak. Ada genus Acropora, Anacropora, Montipora, Astreopora, Leptoserys, Fungia, Goniopora, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat saya melakukan penyelaman disana, kondisi terumbu karangnya masih lumayan bagus dan ikannya pun masih banyak. Ada genus Acropora, Anacropora, Montipora, Astreopora, Leptoserys, Fungia, Goniopora, dan lain sebagainya.
39. Karang Kima
Pada jaman dahulu, salah seorang nelayan yang ada di desa Angsana pergi
mencari ikan ke laut. Setelah sampai di
suatu tempat (karang) ia melihat ada seperti daratan di tengah-tengah laut. Kemudian ia mendekati daratan itu, ternyata
daratan itu adalah gugusan terumbu karang yang timbul ke atas permukaan air
laut. Ia pun memberanikan diri mensurvey dan mengamati kondisi di
sekitarnya. Setelah menyelam sambil
mengamati beberapa saat, ia menemukan sebuah makhluk aneh yang besar seperti
tajau (tempat air), makhluk tersebut terlihat sudah agak tua dan ditumbuhi
lumut, namun terlihat oleh nelayan tersebut semacam mulut yang bisa
terbuka. Tak lama kemudian, sang nelayan
mengambil golok (parang), lalu memasukkannya ke dalam mulut tersebut dengan
maksud untuk membukanya. Namun alhasil,
golok tersebut pun patah dan dibuangnya.
Karena merasa
penasaran, ia lalu mengambil makhluk tersebut dan menaruhnya di atas kapal
untuk dibawa ke daratan. Setelah sampai
di daratan, makhluk aneh itu kembali dibuka dan berhasil. Dagingnya yang enak
lalu dibagi-bagikan kepada masyarakat setempat.
40. Anak Karang Kima
Letak Anak Karang Kima ini sangat berdekatan dengan Karang Kima, namun agak
ke arah utara (ke arah tepi pantai) ± 1 km.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh nelayan setempat, alasan karang
ini diberi nama Anak Karang Kima karena
berdekatan dan berdampingan dengan Karang Kima.
Jarak antara Anak Karang Kima dengan Karang Kima ± 1,3 km, letak Karang
Kima ini agak ke tengah dari Anak Karang Kima. Berdasarkan hasil manta tow, saya amati di sekitar gugusan karang ini banyak ditemukan karang genus Acropora bentuk bercabang. Untuk itu, bagi kapal-kapal yang sering melabuh jangkar disini harus sangat berhati-hati, karena bentuk branching sangat rentan dengan kerusakan.
41. Batu Anjir
Karang Batu Anjir merupakan karang yng terletak di tengah-tengah antara
Karang Kima dan Karang Batu Tengah. Pada saat pertama kali ditemukan, karang ini tersangkut oleh kapal
nelayan. Agar tidak tersangkut lagi,
nelayan memberi tanda dengan anjir yaitu kayu/bambu yang digunakan untuk
mendorong kapal agar jalan yang dilalui kapal tidak mengakibatkan kapal kandas
(mencari bagian laut yang dalam dengan menggunakan anjir). Dengan demikian hingga
saat ini karang ini disebut Karang Batu Anjir.
42. Batu Sawar
Karang ini diberi nama Batu Sawar karena bentuk gugusannya yang memanjang
ke arah laut. Karang ini sangat dekat dengan pantai dan juga lebih dekat dengan Karang
Ibu dibanding dengan karang lainnya.
Oleh karena bentuknya yang unik dan memanjang inilah maka karang ini
disebut dengan Batu Sawar (Batu yang bentuk gugusannya memanjang).
43. Batu Bajangan
Nelayan setempat menyebut ”bajangan”
berupa warna air laut yang agak kemerahan.
Warna kemerahan ini ditimbulkan karena bayangan semu dari terumbu karang
yang terlihat samar sebagai akibat dari kondisi air yang relatif dangkal. Kondisi yang demikian terlihat pada saat
pertama kali ditemukannya karang ini hingga karang tersebut dinamakan Karang
Bajangan.
44. Batu Penggadungan
Karang Penggadungan berasal dari kata ”gedung” yang diberi imbuhan pe – an
sehingga menjadi ”penggedungan”. Oleh
karena di desa setempat banyak dihuni oleh orang Banjar, maka akhirnya disebut
”Penggadungan”. Karang Penggadungan ini diberi nama sesuai dengan bentuknya,
berdasarkan hasil wawancara karang ini memiliki keindahan bagi siapa saja yang
melihatnya, sehingga jika dilihat sepintas menyerupai sebuah gedung yang besar,
sehingga dengan demikian karang ini dinamai Karang Penggadungan oleh masyarakat
setempat. Perlu diketahui, karang ini
pula merupakan salah satu tempat fishing ground nelayan dalam menangkap lobster
air laut (lobster mutiara dan bambu) khususnya nelayan yang ada di desa
Angsana.
45. Karang Ibu
Karang Ibu letaknya tidak terlalu jauh dari pesisir pantai (± 300 m),
karang ini dinamai Karang Ibu sebab konon jaman dahulu, nelayan yang sering
memancing disini terdiri dari ibu-ibu nelayan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat dan Tim Unit Selam
Unlam, di Karang Ibu ini banyak dihuni oleh lobster air laut jenis bambu dn
mutiara. Penulis juga pernah menyelam di
karang ini untuk memasang alat pengumpul benih-benih lobster (sarang lobster) yang bahannya berasal dari
bahan baku semen, pasir, kawat betoniser dan jaring. Diharapkan dengan adanya alat ini indukan
atau benih-benih lobster akan banyak terkumpul dan akan bertambah populasinya.
46. Batu Teraban
Kecil
Karang Teraban Kecil ini berdekatan dengan Anak Karang Kima dan Batu
Penyaungan, dengan jarak antara ± 400 – 500 m.
Asal usul nama Teraban Kecil ini adalah karena letak karang ini dekat
dengan Tanjung Teraban dan gugusan karangnya lebih kecil jika dibandingkan
dengan karang lain yang ada di Tanjung Teraban (Karang Teraban Besar), namun
karang yang satu ini belum disurvey dan diambil titik koordinatnya.
47. Karang Sampaian
Ampat
Karang Sampai Ampat mempunyai asal usul yang cukup unik, dimana didalam
penamaan karang ini menggunakan 2 kata yang berasal dari bahasa Banjar, yaitu ”sampaian” dan ”ampat”. Kata ”sampaian”
artinya kayu penyangga tiang pada rumah, dimana setiap rumah pasti mempunyai
penyangga tiang ini. Kayu penyangga ini
ditopang oleh masing-masing tiang rumah sehingga membentuk siku-siku
(90̊). Sedangkan kata ”ampat” artinya empat, maksudnya jumlah
sampaian yang ada pada rumah tersebut sebanyak 4 buah, sebab ditopang oleh
tiang sebanyak 4 buah pula.
Adapun hubungan antara rumah tersebut dengan penamaan terumbu karang adalah
karena terumbu karang yang ditemukan bertepatan tegak lurus dengan sebuah rumah
yang sudah tua. Karena kondisi rumah
tersebut sudah rusak, maka dari jauh yang terlihat hanyalah tiang-tiang dan
kayu penyangganya (sampaian). Sampaian
rumah tersebut kemudian dijadikan patokan untuk menemukan letak terumbu karang
dengan cara menembak garis lurus ke arah laut.
Dengan demikian, sampai saat ini karang tersebut
dinamakan Karang Sampai Ampat.
48. Batu Penyaungan
”Penyaungan” merupakan salah satu
kata yang berasal dari bahasa Banjar yang berarti ”mengadu”. Asal kata
penyaungan ini adalah ”saung”, yang
diberi imbuhan pe-an. Karang ini
memiliki asal usul yang sangat menggelikan, bagaimana tidak, karang ini
diilhami oleh nelayan setempat dengan seekor binatang piaraan yaitu ayam.
Pada jaman dahulu, di lokasi sebelah timur muara Angsana sering dijadikan
masyarakat tertentu untuk menyabung ayam (menyaung ayam). Sehubungan dengan hal itu, tiba-tiba karang
ini ditemukan oleh salah seorang nelayan setempat. Setelah diamati, ternyata letak karang
tersebut sangat persis berhadapan dengan lokasi penyaungan ayam tersebut. Sejak saat itulah karang yang baru ditemukan
ini diberi nama Batu Penyaungan.
49. Batu Muara
Karang Muara ini merupakan gugusan karang yang paling dekat dengan muara sungai desa Angsana kecamatan
Angsana. Kondisi air di karang ini
terlalu keruh dibandingkan dengan karang-karang lainnya yang ada di desa
Angsana. Diperkirakan karang ini banyak
tertutup sedimentasi atau endapan yang berasal dari daratan yang mengalir
melalui muara sungai. Karena letaknya
demikian maka karang ini dinamakan Karang Muara oleh penduduk setempat. Karang ini sangat jarang terlihat kecuali
cuaca memang benar-benar teduh.
50. Batu Pelampung
Sejarah karang ini berawal sesuai dengan namanya, dimana pada saat
ditemukannya karang ini nelayan yang menemukannya langsung memberi tanda dengan
”pelampung”, yang terbuat dari kayu markuung (sejenis kayu yang ringan dan
mudah timbul) pada alat tangkap sair (seser) untuk menangkap udang papay. Pelampung ini diikat dengan seutas tali
pada ujung sair, berguna untuk memudahkan nelayan dalam menangkap udang papay.
Jadi, kalau mau ke karang lagi, cukup menyebutnya dengan Batu Pelampung (batu
yang ditandai dengan pelampung). Hingga
saat ini karang tersebut masih disebut sebagai Batu Pelampung oleh nelayan
setempat.
51. Batu Luar
Penggadungan
Batu Luar Penggadungan ini terletak agak ke tengah atau ke arah selatan
Karang Penggadungan (di daerah luar dari Karang Penggadungan). Jarak antara Batu Penggadungan dan Batu Luar
Penggadungan ini ± 1,3 km jauhnya.
Karena letaknya yang demikian itulah maka karang ini dinamakan Batu Luar
Penggadungan oleh masyarakat setempat.
52. Tanjung Batu
Karang Tanjung Batu terletak persis di muka Tanjung Batu, yang merupakan
sebuah tanjungan yang terdapat di bagian barat desa Angsana (dekat desa
setarap). Itulah sebabnya karang ini
diberi nama Karang Tanjung Batu, yang artinya gugusan karang yang terletak
persis di muka atau di dekat Tanjung Batu.
Secara geografis, karang ini berdekatan dengan Karang
Penggadungan, dengan jarak sejauh ± 1 km ke arah timur.
53. Luar Tanjung Batu
Karang ini terletak agak ke tengah atau ke arah luar dari Karang Tanjung
Batu, itulah sebabnya mengapa karang ini disebut Karang Luar Tanjung Batu. Jarak antara Karang
Tanjung Batu dan Karang Luar Tanjung Batu ini mencapai ± 1,6 km.
Karang Luar Tanjung Batu berdekatan dengan Karang Luar Penggadungan
dengan jarak ± 1,5 km ke arah timur.
54. Batu Tengah
Karang
Batu Tengah ini mempunyai kedalaman antara 6 – 8 m dan banyak
mempunyai beragam jenis-jenis ikan dan jenis-jenis terumbu karang.
Karang ini disebut Batu Tengah karena terletak di tengah-tengah antara
Karang Batu
Bajangan dan Karang Batu Anjir.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat diving bersama tim Unit
Selam Unlam, di karang ini masih banyak ditemui karang yang masih
hidup. Selain itu di karang ini pernah didirikan
alat tangkap bagan tancap, ini terbukti dengan banyak ditemukannya
bekas lampu-lampu yang digunakan untuk bagan
tancap (lampu strongkeng). Di Karang ini
pula banyak didominasi oleh hard coral (kerang keras), seperti dari
genus
acropora, anacropora, siderastreidae, pavona, turbinaria, sponge,
porites,
fungia, montipora dan banyak lagi yang lainnya.
55. Batu Lari
Karang ini disebut Batu Bajangan Kecil karena konon bentuk dari
gugusan karang ini memanjang (berupa
bajangan), namun bentuknya lebih kecil.
Jarak antara Batu Bajangan Kecil dan Batu Buaya ini tidak terlalu jauh,
hanya ± 1,077 km saja. Kedalaman karang
ini mencapai ± 0 – 4 m, jika air sangat surut, maka karang ini akan
timbul dan akan semakin jelas terlihat.
56. Batu Buaya
Karang Batu Buaya terletak di pesisir laut desa Sei Cuka kecamatan Satui,
di sebelah barat desa ini terdapat sungai yang merupakan perbatasan kabupaten
Tanah Bumbu – Tanah Laut. Karang ini
dinamakan Karang Batu Buaya karena pada saat air surut karang ini kelihatan di
atas permukaan air laut dan menyerupai seekor buaya yang sedang berjemur di
tengah-tengah laut. Karena faktor kemiripan inilah maka hingga sekarang karang ini disebut
sebagai Batu Buaya oleh masyarakat setempat.
57. Batu Bajangan Kecil
Karang ini disebut Batu Bajangan Kecil karena konon bentuk dari
gugusan karang ini memanjang (berupa
bajangan), namun bentuknya lebih kecil.
Jarak antara Batu Bajangan Kecil dan Batu Buaya ini tidak terlalu jauh,
hanya ± 1,077 km saja. Kedalaman karang ini
mencapai ± 0 – 4 m, jika air sangat surut, maka karang ini akan
timbul dan akan semakin jelas terlihat.
Karang ini secara geografis terletak di Kecamatan Satui.
58. Batu Bajangan Besar
Karang ini letaknya juga di wilayah kecamatan Satui dan berdekatan dengan
Bajangan Kecil (jaraknya ± 3,48 km). Asal mulanya batu ini terbagi
menjadi 2 (dua) bagian, sehingga untuk membedakannya karang ini dibedakan
menjadi Batu Bajangan Kecil dan Batu Bajangan Besar. Namun, Batu Bajangan Besar ini letaknya agak
ke arah laut (barat daya). Karang ini
merupakan karang yang tenggelam dan tidak pernah timbul ke permukaan sekalipun pada
saat air berada pada surut terendah.
59. Batu Labuan Kenceng
Apa anda pernah mendengar ”labuan
kenceng?” Jika kita amati, karang ini sangat unik asal usul namanya. Kata labuan kenceng berasal dari kata ”labuan” dan ”kenceng”. Labuan artinya melabuh atau membuang
atau menjatuhkan (secara sengaja atau tidak sengaja), sedangkan kenceng artinya panci atau tempat yang
digunakan untuk memasak nasi. Konon,
cerita ini berawal dari seorang nelayan tua dari desa setempat yang tengah
asyik memancing ikan di karang ini.
Karena sudah merasa lapar ia berniat memasak nasi di kapalnya. Ia pun mengambil beras dan memasukkannya ke
dalam panci tersebut sambil membasuhnya dan membuang air bekas itu ke
laut. Namun, tiba-tiba dengan tidak
disengaja akibat terkejut karena suatu hal, maka kencengnya tadi terjatuh
ke laut (di lokasi karang ini). Nah, untuk mengingat lokasi atau tempat
memancing ini, ia pun menamainya dengan Labuan Kenceng hingga sampai sekarang
gugusan karang ini disebut Labuan Kenceng.
Pada saat dilakukan snorkling bersama nelayan setempat (Sungai Cuka) pada
rataan karang ini, hampir tidak ada karang hidup yang terlihat. Yang ada hanya bekas bongkahan atau rubble
karang (patahan karang) yang ditumbuhi alga.
Lokasi seperti ini sangat cocok untuk dijadikan kawasan transplantasi
terumbu karang dengan tujuan mengembalikan kondisi semula. Saya yakin, dalam jangka waktu 2 – 3 tahun insya
allah akan membawa hasil. Sebab,
kedalaman karang ini hanya mencapai 2 – 5 meter saja, sehingga jika dilakukan
transplantasi bisa saja dilakukan tanpa harus menggunakan peralatan scuba
diving.
60. Batu Kembang
Karang ini cukup lokasinya jauh dari pantai, sekitar 10,75 km. Kami belum pernah melakukan penyelaman, namun
kami sudah pernah memancing disini.
Bukti adanya gugusan karang disini adalah sering tersangkutnya pancing
kami (tersangkut dan kami angkat ternyata ada gorgonion, semacam akar bahar
yang melekat di pancing kami). Ikan yang
tertangkap disini antara lain seperti kerapu, kakap, juku eja (bogor), kueh,
tenggiri, kakap dan lain sebagainya.
Batu Kembang, begitu sebutannya.
Ternyata konon jaman dahulu para nelayan banyak memancing disini dan
sering tersangkut. Pada saat ditarik
pancingnya ternyata ada karang yang melekat yang bentuknya seperti kembang
(bunga) seperti Gorgonia, dengan demikian sampai sekarang karang ini dinamai Batu Kembang.
Nah, berdasarkan uraian seperti tersebut di atas, di perairan laut
Kabupaten Tanah Bumbu sudah terdapat sebanyak 60 (enam puluh) buah gugusan
terumbu karang. Padahal, masih ada lagi
gugusan karang lainnya yang namun belum disurvey lebih lanjut. Untuk itu, data ataupun informasi mengenai
gugusan terumbu karang ini selalu di-update sesuai dengan hasil survey lanjutan
dan perkembangan jaman.
Dalam upaya mempersiapkan data dan informasi yang berguna dalam menunjang
kegiatan konservasi dan pelestarian terumbu karang ke depan, sangat dituntut
ketekunan, kepiawaian dan keuletan kita.
Jika kita sudah mengetahui tentang sesuatu, sudah barang tentu kita
merasa ingin selalu menambah tahu apa yang kita rasakan. Jika kita sudah menambah tahu apa yang kita
rasakan, sudah barang tentu kita merasa ingin mengenalnya. Jika kita sudah mengenalnya, sudah barang
tentu kita merasa ingin menyayanginya.
Jika kita sudah menyanyanginya, sudah barang tentu kita merasa ingin
mencintainya. Jika kita sudah
mencintainya, sudah barang tentu kita merasa ingin memilikinya. Nah, begitu kita merasa memilikinya, pastilah
dengan setulus hati dan dengan segenap jiwa dan raga kita akan menjaganya,
memeliharanya bahkan melestarikannya sampai akhir hayat. (echo).
SAVE OUR CORAL REEFS...!!!
Selamatkan Terumbu Karang Untuk Anak Cucu Kita...!!!