A. Latar belakang
Terumbu karang
mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi sosial ekonomi dan
budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah
pesisir menggantungkan
hidupnya dari perikanan ekosistem laut dangkal ini.
Untuk itu, sebagai tahap awal yang
dilakukan dalam rangka memelihara dan mengelola ekosistem terumbu karang,
terlebih dahulu harus dilakukan kegiatan inventarisasi terhadap gugusan atau
ekosistem terumbu karang itu sendiri.
Setelah data tersebut diperoleh, akan sangat memudahkan sebagai bahan
untuk bahan selanjutnya.
|
Potensi kelautan dan perikanan di Kab. Tanah Bumbu |
Kabupaten Tanah Bumbu merupakan
kabupaten yang mempunyai beraneka ragam potensi kelautan dan perikanan, yang
terbentang dari kecamatan Satui sampai kecamatan Simpang Empat. Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
Kabupaten Tanah Bumbu cukup besar dengan bentangan garis pantai dari desa Sei
Cuka (di ujung barat) sampai ke desa Sei
Dua (di ujung timur/utara) sepanjang 158,7 km ditambah 5 buah pulau-pulau kecil
yang berada di Kecamatan Simpang Empat (Pulau Tampakan, Pulau Burung dan Pulau
Anak Burung) dan Kecamatan Batulicin (Pulau Swangi dan Pulau Anak Swangi)
dengan luas perairan laut ± 634,80 Km2.
Ekosistem
terumbu karang merupakan fenomena kekayaan sumberdaya alam pesisir dan laut
yang mempesona serta memberikan manfaat yang berlimpah bagi kehidupan manusia,
yang harus dijaga dan dilindungi karena berfungsi sebagai sumberdaya hayati
ikan dan non ikan yang hidup di perairan laut.
|
Ikan "Clown Fish" yang ada di gugugan karang Tanah Bumbu |
Terumbu karang (coral reefs)
merupakan habitat sistem kehidupan biota laut yang hangat, jernih, tidak dalam,
yang kaya dengan keanekaragaman hayati.
Struktur terumbu karang yang ada dimulai dari terbentuknya algae
hijau-biru, kemudian sponge dan coral.
Di Kabupaten Tanah Bumbu, terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya
hayati laut yang dilindungi, namun data mengenai keberadaan terumbu karang
tersebut masih sangat terbatas, artinya masih banyak gugusan terumbu karang
yang masih belum disurvey, dimonitoring dan diidentifikasi kondisinya. Untuk itu, diperlukan suatu upaya yang lebih serius dalam menanganinya.
B. Kondisi Terumbu Karang
Kondisi terumbu karang di Kabupaten Tanah Bumbu sangat bervariasi dari
kritis (rusak berat) rusak ringan, baik bahkan sampai baik sekali. Umumnya terumbu karang yang muncul ke atas permukaan laut, tergolong
kondisi kritis, hal ini diduga karena pada saat air berada pada surut terendah
(musim tertentu), permukaan gugusan karang terkena sinar matahari langsung
selama beberapa jam, dan ini rutin terjadi.
Polyp karang yang masih melekat pada tubuh kerangka kapur mengalami
stress hingga lama kelamaan mati.
|
Kondisi gugusan Karang Kima, Angsana pada saat air surut |
Selain itu, karena pada saat air laut berada pada pasang surut terendah
permukaan gugusan karang hanya mencapai 2 – 3 m, hal ini mengakibatkan
seringnya tertabrak kapal hingga di daerah ini banyak ditemukan rubble
(pecahan/patahan) karang. Rubble karang tersebut
kebanyakan dari karang acropora (branching), sedangkan pada karang massiv
(gundukan/bongkahan batu besar) pengaruhnya pada warna karang yang pudar karena
kehilangan polyp. Selain itu, pada
kondisi karang seperti ini kebanyakan ditumbuhi alga, karena lama kelamaan
terkena terik cahaya matahari sehingga alga tumbuh dengan subur karena masih
bisa melakukan fotosintesa. Selain
tertabrak kapal, juga terkena pendorong perahu/kapal, jangkar, atau bahkan
terkena tendangan roda kapal bagi karang-karang acropora dan aktifitas
pariwisata. Untuk itu, sangat diperlukan
kehati-hatian dan kejelian bagi para pengunjung.
|
Kalo mau pintar, "Ya Makan Ikan....Coyyyyy" |
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ternyata saat ini terumbu karang
yang ada diihadapkan pada beberapa tekanan yang menjadi ancaman bagi terumbu
karang. Untuk itu, dalam upaya
pelestarian terumbu karang di Kabupaten Tanah Bumbu harus diperhatikan, dan
ditindaklanjuti secara serius.
Mengapa??? Karena terumbu karang adalah potensi sumberdaya hayati yang sangat
bermanfaat dalam hidup kita. Terumbu
karang sebagai sumber protein hewani, pelindung pantai dari abrasi dan
gelombang, sebagai tempat hidup, berkembang biak dan mencari makan bagi ikan,
untuk penelitian dan pariwisata serta sebagai bahan baku untuk pembuatan obat.
Selain itu, dengan adanya terumbu karang bisa menjadikan salah satu sumber
pendapatan daerah yang memadai, asalkan
dikelola secara serius dan profesional. Sebagai bahan renungan, mari kita simak hasil
penelitian di Filiphina sebagai berikut :
Menurut (White and Cruz-Trinidad, 1998), bahwa hasil Penelitian di Filiphina, 1 km2 terumbu karang
sehat dapat menghasilkan keuntungan
sebagai berikut :
- $15.000-$45.000/tahun (Rp.150.000.000 – 450.000.000/Tahun) dari perikanan
secara berkelanjutan;
- $2.000-$20.000/tahun (Rp.20.000.000 – 200.000.000/Tahun) dari keuntungan
pariwisata dan ekonomi;
- $5.000-$25.000 (Rp.50.000.000 – 250.000.000/Tahun) dari perlindungan
pesisir (abrasi);
- Dengan total keuntungan/pendapatan potensial antara $32.000-$113.000/km2/tahun
(Rp.320.000.000 – 1.130.000.000/Tahun).
Secara umum, ada 2 faktor yang sangat signifikan dalam mempengaruhi
keberlangsungan hidup terumbu karang, antara lain :
1.
Faktor Alam
|
Kondisi gugusan karang yang rusak akibat faktor alam |
Faktor alam suatu pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi alam yang tidak
stabil seperti ”global warming” atau
pemanasan global. Dampak pemanasan global
saat ini sudah mulai terasa baik tingkat lokal, nasional maupun dunia. Permasalahan ini sudah dianggap paling serius
dan menyangkut eksistensi terumbu karang di dunia. Dengan adanya pemanasan global, sinar
matahari langsung yang jatuh ke bumi lebih terik dari pada sebelumnya karena
lapisan ozon (O3) yang menyaringnya sudah menipis
sehingga mengakibatkan permukaan bumi (dalam hal ini termasuk laut)
menjadi lebih panas. Dengan adanya
kondisi demikian menyebabkan peristiwa ”bleaching”
atau pemutihan terumbu karang. Dalam
kondisi seperti ini, terumbu karang menjadi berwarna putih, karena polyp karang
sudah mati dan meninggalkan kerangka karang yang terdiri zat kapur. Bencana alam seperti hujan dan banjir juga
mempengaruhi, karena partikel-partikel yang berasal dari hulu sungai terbawa ke
laut dan menumpuk di ekosistem terumbu karang, apalagi daerah hulu sungai
daratannya sudah terkikis karena penebangan pohon, dll.
2.
Faktor Manusia
Aktifitas manusia merupakan salah satunya faktor yang
paling berpengaruh secara langsung terhadap terumbu karang, artinya dampak yang
ditimbulkannya dalam hitungan detik, tidak seperti faktor alam yang memakan
waktu ratusan bahkan ribuan tahun.
Selain itu, faktor alam juga sebagian karena berasal dari faktor
manusianya juga. Kegiatan yang sering
merusak terumbu karang dari manusia adalah pengambilan karang untuk bahan
bangunan, aktivitas pariwisata, penangkapan ikan dengan menggunakan bom, racun
dan membongkar terumbu karang, tertabrak kapal, terkena jangkar dan kayu pendorong
kapal, penebangan liar, dll.
Westmacott (2000), mengatakan bahwa hingga saat ini, tekanan yang disebabkan oleh manusia
seperti pencemaran dari daratan dan praktek perikanan yang merusak telah
dianggap sebagai bahaya utama bagi terumbu karang. Sementara
masalah ini belum hilang, telah muncul kembali ancaman lain yang lebih
potensial, yaitu adanya pemutihan karang (bleaching).
|
Kondisi terumbu karang yang rusak akibat faktor manusia |
Menurut Suhaili Asmawi (2007), kondisi terumbu karang di Kabupaten
Tanah Bumbu bervariasi, dari kategori kritis (rusak berat), rusak ringan sampai
sangat baik. Berdasarkan hasil
penelitiannya, ia mengemukakan bahwa kondisi terumbu karang Di Karang Kima
(Angsana), pada lereng terumbu persentase
tutupannya 58,4% (kategori sehat) sedangkan pada rataan terumbu persentasenya
tutupannya 48,9 – 22,7% (kategori rusak sampai kritis). Ikan yang tercacah pada karang ini berjumlah
12 family dan 49 spesies. Untuk di
Karang Mangkok (Sungai Loban), pada lereng terumbu persentase tutupannya 68,8%
(kategori sehat) sedangkan pada rataan terumbu persentase tutupannya 24,9 –
21,4% (kategori kritis), dengan jumlah ikan yang tercacah sebanyak 11 family
dan 47 spesies. Untuk ikan indikator (Chaetodontidae), pada Karang Kima
berjumlah 9 dari 10 jenis di lereng terumbu dan 3 – 7 jenis dari 10 jenis di
rataan terumbu sedangkan pada Karang Mangkok berjumlah 8 dari 10 jenis pada lereng terumbu
dan 2 dari 10 jenis pada rataan terumbu.
Jika kita amati hasil penelitian di atas, maka terlihat bahwa pada
rataan terumbu lebih banyak kondisinya yang rusak dari pada lereng terumbu.
Menurut Anonim (2006), lifeform (bentuk pertumbuhan) karang
dibedakan menjadi 6 (enam) kategori, yaitu sebagai berikut :
1. Bentuk bercabang (Branching)
Karang ini memiliki cabang dengan ukuran cabang lebih panjang dibandingkan
dengan ketebalan atau diameter yang dimilikinya.
2. Bentuk padat (Massive)
Karang ini memiliki koloni yang keras dan umumnya berbentuk membulat,
permukaannya halus dan padat.
3. Bentuk kerak (Encrasting)
Karang ini tumbuh merambat dan menutupi permukaan dasar terumbu, memiliki
permukaan kasar dan keras serta lubang-lubang kecil.
4. Bentuk meja (Tabulate)
Karang ini tumbuh membentuk meja dengan permukaan lebar dan datar serta
ditopang oleh semacam tiang penyangga yang merupakan bagian dari koloninya.
5. Bentuk daun (Foliose)
Karang ini tumbuh membentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar
terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan-lipatan melingkar.
6. Bentuk jamur (Mushroom)
Karang ini terdiri dari satu polyp yang berbentuk oval dan tampak seperti
punggung bukit yang beralur dari tepi ke pusat.
|
Karang Branching (Bercabang) |
Terumbu karang yang ada di gugusan Kabupaten Tanah Bumbu memiliki berbagai
keanekaragaman, dengan mencakup semua jenis bentuk pertumbuhan karang yang umum
dijumpai di Indonesia, yang biasanya disebut dengan lifeform. Di Kabupaten Tanah
Bumbu, semua jenis lifeform semuanya kategorinya ada baik pada salah satu
gugusan maupun semua gugusan karang.
Berdasarkan hasil survey di lapangan, semua jenis atau bentuk pertumbuhan
karang (lifeform) seperti di atas
semuanya ada di setiap gugusan terumbu karang di Tanah Bumbu. Untuk kategori bentuk bercabang seperti Acropora
formosa dan Acropora palmata, bentuk
massive seperti Platygyra daedalea dan Goniastrea
pectinata, bentuk kerak seperti Porytes vaughani, bentuk meja seperti Acropora glauca dan Acropora
hycinthus, bentuk daun seperti Merulina ampliata dan Pectinia lactuca, bentuk jamur seperti Fungia danai dan Fungia granulosa.
|
Karang Tabulate (Meja) |
Perlu kita ketahui, bahwa bentuk-bentuk pertumbuhan terumbu karang ini antara satu yang lainnya berbeda-beda, tergantung dengan kondisi perairan di mana ia hidup. Terumbu karang yang berada di bagian slove, biasanya arusnya deras hingga biasanya jenis karang yang hidup disana adalah karang massiv, yang menyerupai gundukan besar yang ada di dasar perairan. Untuk karang bercabang biasanya hidup pada arus yang lebih tenang. Kondisi ikannya pun biasanya berbeda, pada karang-karang massiv biasanya ikannya adalah ikan jenis Serranidae (kerapu), Lutjanus (Kakap), Lethrinidae (Ketamba/Lencam), Haemulidae (Bibir tebal), Carangidae (Kueh), dll. Sedangkan jenis-jenis ikan yang hidup di wilayah karang branching antara lain seperti Chaetodontidae (Kepe-kepe), Pomacentridae (Betok laut), Caesionaidae (Ekor kuning), dll.
C. Sebaran Terumbu Karang
Jika ditinjau dari segi letak geografis, lokasi letak gugusan terumbu
karang yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu seluruhnya saling berdekatan antar
satu sama lainnya, juga masih merupakan satu kawasan yang masing-masing wilayah
daratannya (garis pantai) terhubung antara satu dengan lainnya.
Berdasarkan hasil survey, secara umum dapat diuraikan bahwa sebaran terumbu
karang di Kabupaten Tanah Bumbu sebagai berikut :
1. Umumnya gugusan terumbu karang di Kabupaten Tanah Bumbu tersebar mulai kecamatan
Simpang Empat sampai dengan kecamatan Satui.
Pada kecamatan Simpang Empat terdapat di daerah Pulau Tampakan arah ke
utara sedikit ke timur, berdekatan dengan Kabupaten Kotabaru. Di gugusan karang
ini pula terdapat gusung yang luasnya
mencapai puluhan hektar, yang berfungsi sebagai tempat substrat karang untuk
menempelkan dirinya. Selain itu, juga
terdapat persis di belakang Pulau Tampakan arah ke Selatan (di depan Anak Pulau
Burung).
2. Hamparan terumbu karang ini juga terdapat di Kecamatan Batulicin, tepatnya
di dekat Anak Pulau Swangi, kemudian
terus bergerak ke arah selatannya dan membentuk gugusan di dekat muara Pagatan
kecamatan Kusan Hilir (arah ke selatan muara) dengan kedalaman 10 – 15 m. Gugusan terumbu karang ini kemudian terputus
dan kemudian terhampar di sekitar desa Betung (masih kecamatan Kusan Hilir),
lalu bergerak ke arah tenggara menuju kecamatan Sei Loban, kecamatan Angsana
dan kecamatan Satui.
3. Hamparan terumbu karang ini bervariasi dari 0,1 – 10 ha dengan jarak 0,276
– 95,290 km antar masing-masing gugusan karang.
Berikut gambar sebaran terumbu karang di perairan laut Kabupaten Tanah
Bumbu berdasarkan kecamatan :
|
Peta eksisting karang di Kab. Tanah Bumbu |
Berdasarkan hasil survey dari tahun 2009, telah diketahui bahwa gugusan
terumbu karang di Kabupaten Tanah Bumbu berjumlah 60 buah, yang tersebar pada 6
(enam) kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Empat, Batulicin, Kusan Hilir, Sungai
Loban, Angsana dan Satui. Namun, dari
keseluruhan kecamatan yang ada, hanya 3 kecamatan yang bisa disurvey dan
diselami, yaitu kecamatan Sungai Loban, Angsana dan Satui. Hal ini disebabkan karena pada 3 kecamatan
tersebut kondisi airnya masih bagus dan jernih (kecerahan antara 1 - 10 m, tergantung musim).
Untuk 3 kecamatan yang tidak bisa ditolerir untuk dilakukannya penyelaman
yaitu kecamatan Simpang Empat, Batulicin dan Kusan Hilir, ini disebabkan karena kondisi perairannya sepanjang tahun kurang bagus (sangat keruh), selain itu juga karena pada ketiga kecamatan tersebut banyak terdapat muara sungai yang besar.
Berikut tabel sebaran terumbu karang yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu :
Tabel 01. Data Sebaran Nama Gugusan Terumbu Karang
Se-Kabupaten Tanah Bumbu Berdasarkan Kecamatan
No.
|
Nama Kecamatan
|
Nama Gugusan Karang
|
Keterangan
|
01
|
02
|
03
|
04
|
01
|
Simpang Empat
|
1. Gusung Payung
|
Tenggelam
|
|
|
2. Batu Tunurappu
|
Tenggelam
|
02
|
Batulicin
|
1. Batu Garamesse
|
Tenggelam
|
|
|
2. Batu Mandi
|
Tenggelam
|
03
|
Kusan Hilir
|
1. Batu Mashidung
|
Tenggelam
|
|
|
2. Batu Penyu
|
Tenggelam
|
|
|
3. Batu Babaraan
|
Tenggelam
|
|
|
4. Batu Penyu
|
Tenggelam
|
|
|
5. Batu Ampar
|
Tenggelam
|
|
|
6. Batu Payung
|
Tenggelam
|
04
|
Sungai Loban
|
1. Batubarru
|
Tenggelam
|
|
|
2. Karang Luar Tanjung
|
Tenggelam
|
|
|
3. Sungai Pandan
|
Tenggelam
|
|
|
4. Karang Penyulingan
|
Timbul
|
|
|
5. Karang Mangkok
|
Timbul
|
|
|
6. Karang Samudera
|
Timbul
|
|
|
7. Karang Kandang Haur
|
Tenggelam
|
|
|
8. Batu Goa-goa
|
Tenggelam
|
|
|
9. Karang Sungai Bakau
|
Tenggelam
|
|
|
10. Karang Wa Hasan
|
Timbul
|
|
|
11. Bagusung
|
Timbul
|
|
|
12. Batu Cepa
|
Tenggelam
|
|
|
13. Karang Bajangan Sebamban 1
|
Tenggelam
|
|
|
14. Karang Bajangan Sebamban 2
|
Tenggelam
|
|
|
15. Batu Mingalai
|
Tenggelam
|
|
|
16. Karang Ambo Gemmi
|
Tenggelam
|
|
|
17. Karang Lola
|
Timbul
|
|
|
18. Batu Mingalai
|
Tenggelam
|
|
|
19. Batu Mona
|
Tenggelam
|
|
|
20. Batu Mabelae
|
Tenggelam
|
|
|
21. Batu Masjid
|
Tenggelam
|
|
|
22. Batubaru
|
Tenggelam
|
|
|
23. Batu Beronang
|
Tenggelam
|
|
|
24. Karang Luna Maya
|
Tenggelam
|
05
|
Angsana
|
1. Karang Kima
|
Timbul
|
|
|
2. Karang Ibu
|
Tenggelam
|
|
|
3. Anak Karang Kima
|
Tenggelam
|
|
|
4. Batu Sawar
|
Tenggelam
|
|
|
5. Batu Tengah
|
Tenggelam
|
|
|
6. Batu Anjir
|
Timbul
|
|
|
7. Batu Bajangan
|
Tenggelam
|
|
|
8. Batu Penggadungan
|
Tenggelam
|
|
|
9. Batu Luar Penggadungan
|
Tenggelam
|
|
|
10. Batu Teraban Kecil
|
Tenggelam
|
|
|
11. Batu Muara
|
Tenggelam
|
|
|
12. Batu Penyaungan
|
Tenggelam
|
|
|
13. Batu Pelampung
|
Tenggelam
|
|
|
14. Tanjung Batu
|
Tenggelam
|
|
|
15. Luar Tanjung Batu
|
Tenggelam
|
|
|
16. Sampaian Ampat
|
Tenggelam
|
06
|
Satui
|
1. Batu Buaya
|
Timbul
|
|
|
2. Batu Bajangan kecil
|
Timbul
|
|
|
3. Batu Labuan Kenceng
|
Tenggelam
|
|
|
4. Batu Kembang
|
Tenggelam
|
|
|
5. Batu Setapa
|
Tenggelam
|
|
|
6. Batu Bajangan Besar
|
Tenggelam
|
|
|
7. Batu Mabucing
|
Tenggelam
|
|
|
8. Batu Rasak
|
Tenggelam
|
|
|
9. Batu Papadangan
|
Tenggelam
|
|
|
10. Batu Ayaman
|
Tenggelam
|
|
Jumlah (Buah)
|
60 gugusan
|
|
Sumber : Data Primer Yang Diolah (2009)
Nah, setelah kita mengetahui betapa
banyaknya gugusan terumbu karang yang ada, maka dengan ini kami mengajak kepada
seluruh lapisan agar supaya bisa ikut turut serta dalam upaya pelesetarisan
ekosistem terumbu karang. Karena, masih
banyak nelayan/masyarakat pesisir yang mencari nafkah di laut demi menghidupi
keluarga mereka. Kita pun juga
ketergantungan dengan apa yang dibawanya dari dalam laut itu sendiri (hasil
tangkapan ikan), karena tubuh kita sangat ketergantungan dengan protein hewani
yang ada pada tubuh ikan. Anak-anak kita
memerlukan Omega 3 untuk pertumbuhan mereka.
Kalo laut dan ekosistem yang ada di dalamnya tidak dipelihara, bagaimana
nantinya nasib masa depan gererasi muda kita yang hidup kekurangan protein
untuk pertumbuhannya. (echo).
SAVE
OUR CORAL REEFS...!!!
Oleh : Eko Prio Raharjo, S.Pi - Pemerhati Terumbu Karang