Apakah bioreef itu?
Bioreef berasal dari kata “bio”
artinya hidup dan “reef” artinya terumbu karang, jadi pengertian bioreef disini
adalah suatu upaya untuk menumbuhkan terumbu karang secara alami dan ramah
lingkungan. Dalam hal ini, larva planula
karang yang dihasilkan dari proses biologis (kawin) baik dengan cara membelah
diri maupun seksual, akan melayang-layang di badan perairan dan akhirnya
menempelkan diri pada substrat berupa batok kelapa (tempurung) yang telah
didesain sedemikian rupa.
Bagaimana asal usul bioreef itu?
Bioreef pertama kali diteliti oleh
Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) Kementerian Kelautan dan Perikanan di
daerah Bali. Bioreef ini pertama kali di Kabupaten Tanah Bumbu diperkenalkan
oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, dan ini
merupakan pertama kali diuji coba di Pulau Kalimantan. Bioreef ini dibuat dan dideploy di Karang
Kima, Batu Anjir dan Batu Bajangan desa Angsana kecamatan Angsana kabupaten
Tanah Bumbu dengan melibatkan pihak terkait seperti BPSPL Pontianak, BROK, FPIK
Unlam, Diskanlut Kalsel, Dislutkan Tanbu, Penyuluh Perikanan (BP3KPD), Pemuda
Sahabat Laut (PSL) Angsana, kelompok nelayan, kelompok POKMASWAS, perwakilan dari
Bappeda, Dishub, Disbudpar dan tokoh masyarakat setempat.
Bagaimana prinsip dasar dan kegunaan bioreef
itu?
Pertama,
proses penempelan larva planula karang pada batok kelapa, baik hard coral
maupun soft coral, hal ini terjadi setelah beberapa bulan pada saat
deploy. Kedua, penempatan bioreef
hendaknya dilakukan pada wilayah terumbu karang yang masih baik sebab akan
sangat membantu dalam penempelan planula karang (pada wilayah karang yang baik,
tersedia/dihasilkan planula karang yang banyak pula). Ketiga, setelah beberapa bulan dideploy dan
sudah banyak planula karang yang menempel maka semua batok kelapa segera
dipindahkan ke lokasi yang terumbu karangnya mengalami kerusakan (disarankan
agar lokasi deploy tidak terlalu jauh dengan lokasi penebaran/pemindahan batok
kelapa). Untuk memperkuat posisi batok
kelapa, bisa diberi pasak pada lobang yang ada di tengahnya (lobang bekas tiang
aluminium).
Bagaimana
bentuk bioreef secara fisik itu?
Berdasarkan
hasil yang dibuat di Angsana, bioreef ini berbentuk segi empat persegi, dengan
ukuran 50x50x5 cm (pxlxt) dan diberi 9 buah tiang aluminium dengan panjang
tiang masing-masing 35 cm. Ke 9 tiang
tersebut diletakkan di tengah-tengah blok dasar berupa cor semen dan disusun
dengan formasi 3x3 sesuai dengan ukuran batok kelapa yang ada, jika makin besar
batok kelapa maka akan semakin besar pula blok dasar yang dibuat. Masing-masing batok kelapa diberi lobang
berbentuk segi empat dan dicor semen sesuai bentuk tiang aluminium agar mudah
ditopang dan lebih kuat. Untuk
mempercepat penempelan larva, maka batok kelapa disusun sebanyak 4 lapis pada
masing-masing tiang sehingga jumlah batok kelapa per unit bioreef ada sebanyak
3x3x4 = 36 buah.
Keterangan
Gambar :
Batok
kelapa
Blok
semen
Tiang
aluminium
Rangka
besi
Klem
plastik
|
:
:
:
:
:
|
Berfungsi
sebagai media penempel planula karang.
Berfungsi sebagai dasar/lantai bioreef, harus lebih kuat dan tahan lama, sebab setelah batok kelapa ditempeli planula karang dan dilepas dari tiang aluminium akan bisa digunakan untuk batok semen selanjutnya.
Berfungsi
sebagai penahan batok kelapa agar kaut dan tidak bergerak sehingga mudah
ditempeli/ditumbuhi planula karang.
Berfungsi
sebagai penguat/pondasi blok semen dan tiang aluminium, juga sebagai tempat
pegangan/ mengikat tali pada saat
deploy berlangsung.
Berfungsi
sebagai pengikat/pengunci susunan batok kelapa supaya lebih kuat dan tidak mudah bergerak.
|
“BIOREEF
is the way of concervancy,
Coral
Reefs Rahabilitation……
SAVE OUR CORAL REEFS!!!”
Oleh : Eko Prio Raharjo, S.Pi - Pemerhati Terumbu Karang